Selasa, 18 Maret 2014

Dasar Itu Tak Sedalam yang Kamu Kira

 Berapa banyak dari kita yang masih takut untuk melepasakan sesuatu yang kita kejar selama ini, menjadi tertekan,frustasi dan akhirnya menjadi pesimistis.
dan inilah yang saya suka bagaimana seorang Rando Kim yang akan menjelaskan hal ini, dan mengajarkan pada kita bagaimana melepaskan hal yang membebani hidup kita selama ini serta menuju pada kehidupan yang baru yang pernah kita impikan.




Dasar Itu Tak Sedalam yang Kamu Kira


Di dalam sebuah sumur yang dalam dan kering, kamu bergantung ketakutan pada seutas tali. Kamu harus memanjat pada seutas tali tersebut untuk dapat keluar dari sumur, tetapi semua energi yang kamu miliki sudah terkuras habis. Kamu sebenarnya sudah kehilangan seluruh energimu; kamu tahu bahwa kamu sudah tidak mampu lagi bergantung pada seutas tali itu, dan tentunya kamu tidak bisa lagi memanjat keluar dari sumur yang memerangkapmu. Di bawah kakimu tampak gelap hingga kamu tidak dapat melihat dasar sumur itu. kamu takut melepaskan genggamanmu, kamu akan jatuh ke dasar sumur dan tubuhmu akan hancur berkeping-keping. Kamu sangat ketakutan. Kamu sadar bahwa kedua lenganmu berangsur-angsur melemah, tetapi tetap saja kamu tidak mampu menemukan cara untuk keluar dari sana.
  
 Sekarang, apa yang akan kamu lakukan dalam situasi seperti ini? Dalam kehidupan nyata, kamu mungkin tidak pernah terperangkap dalam sumur. Namun kadang dalam hidup, kita semua pernah dalam situasi ketika kita merasa seperti terperangkap dalam sumur yang dalam-saat yang mengerikan ketika terperangkap di antara setan dan lautan biru yang dalam, di mana tidak ada jalan keluar maupun jalan masuk untukmu, atau saat rasa takutmu mulai menghantuimu karena kamu sadar bahwa tujuanmu terlalu jauh untuk di raih sementara kamu tidak bisa melepaskannya.
             
              Apa yang kamu lakukan?
                
Inilah yang kulakukan.
Aku melepaskan tali itu dari genggamanku. Ya, benar sekali.
Aku akan menyerah dan melepaskan tali itu.
Kemudian, aku yakin akan jatuh ke dasar. Akankah aku jatuh dan mati, 
atau setidaknya aku akan terluka parah?

Tidak, semua itu tak akan terjadi padamu. Kamu pasti berpikir bahwa dasar sumur itu berasa jauh di bawah karena kamu tidak bisa melihatnya dengan matamu. Namun sebenarnya dasar sumur itu tidak sejauh yang kamu kira. Mungkin dasar sumur itu memang sejauh yang kamu perkirakan, tetapi dalam hidup, titik paling rendah dalam kehidupan tidak pernah sekeras dan sejauh yang kamu pikirkan. Kita berusaha keras untuk bergantung pada seutas tali demi hidup kita ketika pada kenyataannya kita hanya berada 30 cm di atas dasar. Ini benar.
Masalahnya adalah kamu tidak dapat melihat dasar yang selalu orang lain peringatkan. Kamu tidak takut terhadap jarak dasar itu darimu; yang kamu takutkan adalah dasar yang tidak terlihat.
Kali ini percayalah padaku dan lepaskan tali itu dari genggamanmu. Kamu tidak akan terluka separah yang kamu kira. Dalam hidup kita titik terendah yang cukup keras dan  membuat hidup kita hancur berkeping-keping tidak banyak. Jika kamu menguatkan dirimu, kamu akan mendarat dengan aman.
        
          Sekali saja kamu melepaskan genggamanmu dari tali itu, dan menginjakkan kakimu pada tanah yang di bawahmu, kamu akan berteriak, “oh, ternyata tidak sejauh yang kupikirkan!” kemudian, kamu dapat beristirahat, setidaknya hingga kamu merasa cukup kuat untuk bergantung lagi pada tali itu, dan memanjat keluar dari sumur. Jika mungkin berlatihlah ketika kamu dalam kegelapan sehingga kamu dapat memanjat dengan lebih cepat sementara kamu mengumpulkan energi. Ketika kamu merasa energimu telah cukup terkumpul, raihlah kembali tali itu, dan mulailah memanjat keluar. Mungkin kali ini, kamu dapat memanjat keluar dari sumur itu tanpa harus kembali merasa ketika menggantungkan dirimu pada tali itu.

          Inilah sebuah cerita untukmu. Cerita ini terjadi saat aku belajar untuk penerimaan pegawai negeri. Setelah gagal dalam ujian pertamaku, yang memang telah kuperediksi karena aku mengikuti hanya untuk melihat sesulit apa soal yang di berikan, aku memutuskan untuk belajar lebih rajin agar dapat lulus ujian itu selanjutnya.

 Aku pun pergi ke sebuah pusat belajar terdekat bersama beberapa teman yang memiliki tujuan sama denganku. Ketika aku memasuki sebuah ruangan, aku terkejut. Yang kulihat dalam pusat belajar adalah orang-orang yang lebih tua dariku, dan sebagian dari mereka belajar untuk ujian administrative nasional yang lebih kompetitif, ujian untuk para pejabat kehakiman atau kedinasan luar negeri selama lebih dari sepuluh tahun. Namun mereka, tanpa maksud apapun, adalah sekumpulan gelandangan yang menganggap belajar adalah pekerjaan mereka. sebagian dari dari mereka lulusan sekolah terkenal, dan mereka telah lulus dari bagian pertama pertama ujian berkali-kali. Namun, segala sesuatu tidak berjalan sesuai dengan rencana mereka. 
 sebelum mereka sadari, mereka telah terperangkap dalam rumah singggah itu selama lebih dari 10 tahun.

Masalah yang di hadapi oleh teman-teman senior tersebut adalah dilemma yang sama dengan pengalaman yang kamu lalui di dalam sumur. Mereka  telah kehilangan rasa percayaa diri mereka sebagai akibat dari kegagalan yang berulang dan cara belajar yang tidak efektif. Namun, mereka tidak mau merelakannya, sebagian karena mereka takut dan sebagian lagi karena mereka ragu. Yang membuat mereka tampak lebih kasihan lagi adalah kenyataan mereka bahwa mereka tidak memiliki kesempatan yang nyata untuk lulus ujian itu dalam waktu dekat, kecuali sesuatu yang luar biasa terjadi dalam hidup mereka.

Untungnya mereka menyadari sesuatu tentang diri mereka sendiri ketika belajar bersama kami, lulusan baru perguruan tinggi yang masih begitu muda. Beberapa dari mereka memutuskan untuk mengakhiri kegiatan belajar mereka, setelah tercengang dengan kenyataan bahwa mereka bersama kami setidaknya sepuluh tahun lebih muda dari mereka. salah satu dari mereka memberitahu bahwa akhirnya ia sadar ia telah banyak membuang waktu di tempat itu. setelah keluar ia kesulitan mencari pekerjaan untuk orang seusianya. Jadi, ia membuka usaha baru dan aku dengar ia sangat sukses sekarang.  seorang senior yang lain merasa terganggu  oleh materi dan metode pembelajaran baru yang kami gunakan sehingga ia membuang semua buku catatan yang pelajarinya selama 15 tahun. Ia kembali membulatkan tekadnya dan memulai semuanya dari awal. Hanya saja, saat ini ia menggunankan materi dan metode yang baru hingga akhirnya ia lulus dalam ujian hukum nasional. Sekarang, ia telah menjadi seorang pengacara yang sukses.

Semua orang itu memiliki satu kesamaan: Mereka menemukan jawaban, apa pun itu, setelah melepaskan tali dalam genggaman mereka selama hidup mereka. aku juga memiliki pengalaman yang sama. Setelah gagal dalam ujian penerimaan pegawai negeri yang pertama, aku ulai belajar keras dan bertekad mengikuti ujian yang kedua kalinya. Tahun berikutnya, aku memiliki kepercayaan diri bahwa aku akan lulus ujian, setidaknya untuk bagian pertama dari ujian tersebut, tetapi sekali lagi aku gagal, dengan begitu spektakuler. Aku tidak hanya gagal, aku gagal dengan nilai ujian jauh lebih rendah dari nilai terendah yang telah di tentukan.  Sekarang, aku bisa menceritakan semua ini dengan seakan- akan  kegagalan itu bukan masalah. Namun, kenyataannya, aku merasa hancur pada saat itu. setelah kegagalan yang kedua, aku putus dengan orang yang sekian lama menjadi kekasihku, dan aku mendapat panggilan untuk mengikuti wajib militer. Tahun 1986  benar-benar menjadi tahun ketidakberuntungan dan terasa sangat panjang bagiku. Aku menjalani hari-hariku dengan pesimistis. Aku tidak memiliki kepercayaan diri untuk dapat lulus dalam ujian di tahun berikutnya atupun keberanian untuk berhenti dari ujian itu.
 Karena aku masih tidak merelakannya, aku mendaftar di program pascasarjana dan meminta penangguhan untuk menunda untuk ikut keikutsertaanku dalam wajib militer hingga aku menyelesaikan pendidikanku, dan sekali lagi mulai belajar demi ujian dengan sepenuh hati. Aku mengikuti ujian di tahun berikutnya, dan sekali lagi, aku kembali gagal. Akhirnya aku memutuskan untuk melepaskan tali itu.

Beberapa orang mungkin akan mengkritikku karena mudah menyerah setelah gagal lulus ujian tiga kali. Aku tahu itu. aku pun mengkritik diriku sendiri karena telah menjadi orang yang begitu lemah, yang dengan mudah menyerah setelah beberapa kali mencoba. Hal ini begitu menyiksaku. Saat itulah aku menyadari betapa menyerah jauh lebih sulit daripada bertahan. Mungkin aku memerlukan lebih banyak keberanian di bandingkan  perasaan tertantang  ketika  aku membuat keputusan tersebut.
Ketika bertemu dengan teman-teman belajarku dulu di acara alumni, dengan bercanda aku mengatakan pada mereka mungkin aku masih belajar untuk mengikuti ujian jika aku tidak menyerah pada saat itu. Benar. Aku adalah tipe orang yang sering menggunakan otak kanan. Aku bukan orang yang cocok dengan dengan jenis ujian seperti ujian penerimaan pegawai negeri yang membutuhkan ingatan yang kuat. Yang patut di permasalakan bukanlah usahaku yang kurang, melainkan karena waktu itu aku belum menyadarinya. Setelah menjadi professor dan mulai bekerja di area yang lain, aku baru tahu aku bukan tipe orang yang suka belajar, bisa lulus ujian penerimaan pegawai negeri, dan menjadi pegawai negeri. Hingga kini, aku percaya bahwa keputusanku untuk tidak lagi mengikuti ujian penerimaan pegawai negeri adalah keputusan yang terbaik yang pernah kubuat.
Setelah memutuskan untuk tidak lagi mengikuti ujian, aku jadi tahu bahwa dasar yang selama ini kutakutkan tidak sejauh yang kuperkirakan.

 Aku mengira bahwa aku akan jatuh dan hancur berkeping-keping, tetapi bahkan keseleo pun tidak . aku berlibur selama beberapa bulan, memproleh energi baru, dan kemudian menyelesaikan pendidikan ROTC master office yang kuambil, di terima di program doctoral di universitas luar negeri, dan meninggalkan negaraku untuk belajar di sana.

“menyerah tidak selalu menjadi tindakan pengecut. Ketika beban yang kau tanggung terlalu berat, lepaskan tali itu. biarlah sayap-sayap kepercayaan dirimu mengembang.”

Sumber :

Judul ; Time of your life (bagimu, masa muda hanya sekali)
Halaman; Hal,104-111
Pengarang : RANDO KIM





0 komentar:

Posting Komentar