Kamis, 03 April 2014

Puisi untukmu, puisi untuk Bunda

Saat muda kamu memiliki semuanya, meskipun kamu sendirian sekalipun.
Ini merupan puisi untuk Bunda, puisi yang bisa membuka pintu hatimu ketika kamu membacanya, setiap kali membacanya kamu akan ingat tentang orang yang melahirkanmu dan aku pastikan setiap kali kamu ingin marah padanya, aku tidak akan sangggup setelah mengetahui apa makna yang terkandung di dalam puisi ini. karena kamu juga akan menjadi Tua di kemudian hari.

Puisi Untuk Bunda

Bunda telah beranjak sepuh dan kau telah tumbuh dewasa
Kala yang biasanya mudah dan tanpa upaya, kini jadi beban, 

Kala mata terkasihnya nan setia
tak menerawang kehidupan seperti dahulu, kala kakinya mulai lelah dan enggan menyokong tubuhnya lagi,
kala itu berikanlah lenganmu untuk menyokongnya
temanilah ia dengan kegembiraan dan sukacita, 

Waktu akan tiba, ketika kau terisak menemaninya
dalam perjalanan terakhirnya.


Dan jika ia bertanya kepadamu, selalulah menjawabnya,
Dan jika ia bertanya lagi, jawablah pula.
Dan jika ia bertanya lain kali, bicaralah padanya
tidak dengan gelegar, namun dengan damai dan lembut,
Dan jika ia tak mampu mengertimu dengan baik,
jelaskan semuanya dengan sukacita,
Waktu akan tiba, waktu nan getir
tatkala mulutnya tak akan bertanya lagi.


Adolf Hitler
Puisi ini diterjemahkan dari bahasa Jerman pada tahun 1923, ditulis oleh orang yang sangat mencintai ibunya. Dia adalah … Adolf Hitler.
( Dikutip dari buku Si Cacing dan Kotorannya 2!, hal 208 )

0 komentar:

Posting Komentar