Percaya kepadaNya dalam hal memberi
Sudah terlalu sedikit manusia yang percaya sepenuhnya kepadaNya. Tapi manusia yang percaya setengah hati banyak dan manusia yang tidak percaya terus bertambah. Sebab orang yang sedikit itu masih berharap kepadaNya.
Pagi
itu di gereja terdapat seorang Tody yang baru saja belajar firman Tuhan secara
penuh. Selama ini dia pergi ke gereja hanya sekedar menjalankan rutinitasanya,
dia hanya jemaat biasa yang cukup kaya secara materi. Tetapi kali ini dia pergi
ke gereja dengan hati yang mantap. Maksudnya dia sungguh ingin mencari Kristus,
dia sungguh-sungguh rindu.
Di
dalam pendeta berkotbah mengenai perihal
memberi ( Baca: 2 korintus 9:6). Semua jemaat tahu soal ini, kotbah tentang hal
memberi sungguh menarik. Tapi hanya sebatas di dengar saja. lalu pendeta
menantang jemaat yang cukup berani untuk melakukan hal ini. “Saya persilakan
siapa saja yang berani datang ke depan untuk mengambil bagian ini, bagian dari
perpanjangan tangan Tuhan!” seru pendeta.
Semuanya
diam, hanya menatap satu sama lain. banyak sekali perasaan ragu, takut dan
malu. Seluruh ruangan gereja menjadi hening. Tody yang datang dengan hati yang
mantap itu merasa hatinya tergerak, sayangnya dia masih ragu. “Tidak adakah di
sini yang mau mengambil langkah ini?” tanya pendeta sekali lagi.
Dalam
suasana hening di dalam gereja terdengar langkah kaki dari sebelah pinggir
paling kanan, dia melangkah walaupun masih terlihat ragu dan malu. Dia tetap
maju. Semua orang melihatnya dengan heran, soalnya hanya dia seorang diri yang
maju ke mimbar untuk mengambil tantangan. “ada lagi?” tanya pendeta.
Tidak
ada lagi orang lain, hanya Tody ini yang berani. Sungguh pemandangan di dalam
gereja yang menakjubkan. di antara ratusan jemaat, hanya satu yang mau maju. Terlihat
pendeta itu mulai mendoakan Tody, hatinya pun semakin mantap.
Hidup
baru Tody sudah di mulai saat itu, dia mulai hidup secara jujur baik secara
keuangan ataupun kepada dirinya sendiri dan terutama di hadapan Allah. Usahanya
mulai merosot, karena dia membayar pajak secara jujur, setiap anak jalanan dia
merasa tergerak hatinya, untuk memberi. Istirnya bilang padanya, “jangan terlalu
memaksakan diri”, dia tetap memberi. Anaknya bilang “ayah, kasihnya jangan
terlalu banyak.” tapi Tody ini tetap memberi secara utuh. Orang-orang di
sekitarnya bilang dia orang bodoh yang suka memberi, tapi dia masih tak
tergoyahkan.
Malam
itu, di kamarnya Tody ini berdoa seorang diri kepada Tuhan. Dia tak meminta
berkat, dia hanya meminta kekuatan. Dia ingat komintmennya di atas mimbar saat
di doakan oleh pendeta. Dia menangis seorang diri. anak dan istrinya sudah
meninggalkannya. jangan tanya bagaimana orang-orang di sekitarnya. Mereka tidak
akan peduli terhadap keadaan Tody. Jadi hanya tinggal sedikit uang setelah ia
mengalami kebangkrutan usahanya. Tapi uang itu jumlahnya cukup untuk memberi,
memberi untuk yang terakhir kalinya.
Tody
itu menerima telepon dari mertuanya dan bilang padanya kalau dirinya kurang
waras, lalu terdengar di suara lain di telepon “mengapa suamimu bodoh sekali,
dia pasti akan habis kali ini!” suara mertua yang sedang berbicara dengan istri
dari Tody ini. Tody ini hanya terdiam setelah menutup telepon. Rasanya
menderita sekali, sepertinya tak ada yang tersisa lagi. orang yang di paling di
sayangi saja pergi meninggalkannya. tetapi pada saat bersamaan ada perasaan
sukacita memenuhi hatinya. Dia bangkit lagi, pergi untuk memberikan sisa
uangnya yang terakhir .
Saat
di tengah jalan, “ Pak” terdengar suara yang memanggilnya. Dia menoleh ke
belakang dia melihat seorang anak muda yang berpakaian rapi. Tody melihatnya agak keheranan, ada perasaan
bangga, sukacita telah memenuhi dirinya, Tody ini tak bisa menahan air mata.
Dia menyimpan uangnya kembali, dia merasa anak muda yang satu ini telah sukses
dan tak lagi membutuhkan uangnya.
Pemuda
itu berkata lagi “Pak, sekarang mari kita yang akan melakukannya bersama” kata
pemuda itu. dia itu adalah salah satu yang menerima pemberian dari Tody ini,
dari sekian banyak anak jalanan yang di beri hanya satu yang berhasil. Setelah
kejadian itu pemuda dan Tody ini terus memberi, dari pemberian itu banyak orang
yang berterima kasih, mereka jadi ikut ambil bagian.
Hidup
Tody ini tak pernah sama lagi, dia jauh lebih bahagia sekarang, dia jauh lebih
sukses juga dari yang sebelumnya. Istri dan anak-anaknya kembali padanya, dan
orang-orang yang bilang dia bodoh awalnya, malah mengikuti jejaknya untuk hidup
memberi. Sungguh cerita ini begitu sederhana, hanya cukup memberi apa yang kita
punya. Sebuah perintah firman Tuhan yang mengajarkan kita untuk belajar memberi
tanpa pernah kekurangan.
Tapi masih banyak orang yang belum mau ambil
bagian. Tapi, saya pun menambahkan suara saya untuk ambil bagian untuk memberi.
Dengan tiada
digentarkan sedikitpun oleh lawanmu. Bagi mereka semuanya itu adalah tanda
kebinasaan, tetapi bagi kamu tanda keselamatan, dan itu datangnya dari Allah.
Filipi
1:28
0 komentar:
Posting Komentar